kumpulan Makalah


MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Pengembangan Kurikulum PAI”
Dosen Pengampu :
Muhammad Rizal Fuadiy, M.Pd.Si
Oleh :
                                                          Risma Riszki Amelia
2013471951
PAI – SMT 3/Sawo

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGANGUNG
Nopember   2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUMdalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam hingga sampai kepada kita.
Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.    Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag
2.    Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini Bapak Muhamad Rizal Fuadiy M.Pd. Si
3.    Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI

Halaman Judul           ……………………………………………….…..…      i           
Kata Pengantar            …………………………………………………..….    ii 
Daftar Isi                        …………………………………………………..….  iii
BAB I             PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah ………………………………..      1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………     2
C.     Tujuan Masalah …………………………………………     2
BAB II            PEMBAHASAN
                        MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
                       A. Pengertian  Model pengembangan kurikulum.........................  3 
                       B. Hubungan kurikulum dan pembelajaran ……...................    5
           C.  Jenis – jenis kurikulum .........................................................   6
                       D. Macam – macam pengembangan kurikulum ....................  8

BAB III          PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………...   14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….......     15




BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
            Kurikulum sebagai perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak secara paripurna, khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan mempertimbangkan produk yang hendak dicapai, maka dimensi pengembangannya harus mengikuti pola the how bukan the what, yaitu bagaimana muatan yang disusun dalam rancangan pendidikan itu mampu merangkum pengalaman siswa untuk mencapai otonomi intelektuanya, sehingga memberikan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dalam memecahkan persoalan baru yang belum pernah diperoleh di sekolah.
Menyimak urgensinya, maka para pengembang kurikulum dalam menyususn kurikulum memperhatikan dua faktor, yaitu kompetensi terminal dan relevansi dengan dunia kerja. Kompetensi terminal yang dimaksudkan, kompetensi untuk mencapai tujuan pendidikan melalui semua aktivitas dan pemgnalaman belajar sehingga peserta dapat mengembangangkan potensi lewat pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan di sekolah. Relevansi dengan dunia kerja dimaksudkan, apa yang dipelajari dibangku sekolah sesuai dengan jenis lapangan kerja yang dicita-citakan serta selaras dengan bakat dan kemampuannya.
Sebagai rancangan pendidikan, kurikulum dalam pengembangannya melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi, guru, siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau anggota masyarakat lainnya. Berdasarkan kepentingannya kurikulum dapat dikembangkan dalam berbagai

variasi model, tiap model memiliki karakteristik yang spesifik yang tidak dimiliki oleh model yang lain.
Untuk itulah dalam makalah ini, saya akan sedikit mengulas tentang model-model kurikulum dan pengembangannya dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari model pengembangan kurikulum ?
2.      Apa hubungan antara kurikulum dan pembelajaran ?
3.      Apa saja jenis – jenis kurikulum ?
4.      Apa saja model – model pengembangan kurikulum ?

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui definisi model pengembangan kurikulum
2.      Untuk mengetahui hubungan antara kurikulum dan pembelajaran
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum
4.      Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum




BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Kurikulum secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana yang dikembangkan agar dapat tercapai proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta anggota stafnya.[1]
Dalam kamus bahasa Indonesia kata ”pengembangan” secara etimologi yaitu berarti proses/cara, perbuatan mengembangkan.[2]Secara  istilah, kata pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru, dimana selama kegiatan tersebut penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan.[3]Bila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan akhirnya alat atau cara  tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan tersebut.
Pengertian pengembangan di atas, berlaku pula dalam bidang kajian “kurikulum”, kegiatan pengembangan kurikulum mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian.[4]
Menurut pendapat Ahmad dan kawan-kawannya dalam buku ”Pengembangan Kurikulum” Pengembangan kurikulum yaitu suatu proses

yang mengaitkan antara satu komponen kurikulum dan yang  lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.[5]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “model” adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Dengan demikian model pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.[6]
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum.
Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.
B.       Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan, saling ketergantungan meskipun keduanya mempunyai posisi yang berbeda. Dalam bukunya Developing the Curriculum dalam Efendi tahun 2009, Peter F. Olive menggambarkan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran.
1)      Model Dualistic.
Model dualistic  dari suatu kurikulum adalah keadaan dimana kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem terpisah, tidak bertemu. Perencanaan dan pelaksanaan tidak serasi dan tidak sejalan. Sehingga tidak ada korelasi yang mengaitkan kedua hal tersebut. Hubungan dapat digambarkan sebagai berikut  :

2)   Model Berkaitan
Pada model berkaitan, terdapat hubungan antara kurikulum dan pembelajaran. Di dalam keterkaitan tersebut, ada bagian essensial yang terpadu. Model kaitan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut :
       

3)   Model Konsentris
Dalam Model Konsentris, kurikulum dan pembelajaran berhubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum dapat berada dalam ruang lingkup pembelajaran atau sebaliknya, dimana pembelajaran dapat pula berada dalam ruang lingkup kurikulum. Keterlibatan ini terjadi jika salah satu unsur  merupakan subsistem dengan yang lain atau salah satu bergantung dengan yang lain. Model konsentris tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut :
             
4)   Model Sirkuit
Dari keempat model yang dijelaskan oleh Peter F. Olive, Model Sirkuit adalah model kurikulum yang paling erat korelasinya dengan pembelajaran. Tidak hanya sekedar terkait atau menyinggung salah satu aspek, namun model ini menunjukkan hubungan timbal balik antara kurikulum dan pembelajaran. Keduanya saling berpengaruh. Kurikulum berfungsi memberikan keputusan tentang pembelajaran, sebaliknya keputusan tentang pembelajaran akan mempengaruhi peningkatan kurikulum  (sesudah dievaluasi).
                       

C.       Jenis – jenis kurikulum
a.    Separated Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah berarti kurikulumnya dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran lainnya. Pembelajaran bentuk kurikulum ini cenderung kurang memerhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima dan dihafal oleh siswa.
b.    Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dan yang lain sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. kurikulum ini memungkinkan substansi pembelajaran bisa lebih bermakna dan mendalam dibandingkan dengan mata pelajaran yang terpisah – pisah. Sebagai contoh, pada mata pelajaran fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran AlQuran dan Hadis.
c.  Broad Fields Curriculum
Kurikulum Board Field kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutkan dengan sebutan The Board Field of Subject Matter. Board Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan pelajaran yang berhubungan dengan erat. ini memiliki keunggulan di antaranya adalah mata pelajaran akan semakin dirasakan kegunaanya, sehingga memungkinkan pengadaan mayta pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisasi. Ada pun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran.
Sebagai contoh, sejarah, geografi, ilum ekonomi dan ilmu politik menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Integrated Curriculum
Kurikulm terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ata mata pelajaran. Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagi sumber balajar, memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran.



D.    Macam – Macam Model Pengembangan Kurikulum
a. Model Pengembangan Kurikulum Administratif  (the administrative model)
The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Dengan wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah pendidikan serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru.
Pengembangan kurikulum model administratif tersebut menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Berhubung pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.
Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat, di samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional. Sehingga kadang-kadang melupakan atau mengabaikan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada tiap daerah.[7]
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga diadakaan suatu evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik instansi pendidikan tingkat pusat, daerah, maupun sekolah.
b. Model Pengembangan Kurikulum dari Bawah (The grass roots model)
Model pengembangan grass roots ini merupakan lawan dari model adminitratif. Inisiatif dan pengembangan kurikulum model yang pertama, yang digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Model grass roots memungkinkan terjadinya kopetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat Grass Rootsseorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.
Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots, akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikum bagi kelasnya.[8]
       Pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah pengembangan kurikulum secara demokratis, yaitu yang berasal dari bawah. Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para staf pengajar karena mereka yang tahu terhadap kondisi lapangan dan kemampuan siswa serta keinginan para orang tua murid di lingkungan sekolah tersebut.
c. Model Pengembangan Kurikulum Sistem Beu’camp (Beauchamp’s system)
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beu’camp seorang ahli kurikulum. Beu’camp mengemukakan lima hal di dalam suatu pengembangan kurikulum:[9]
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
Yakni yang dicakup oleh kurikulum, baik dari tingkat sekolah; kecamatan; kabupaten; propinsi; ataupun seluruh negara.
2. Menetapkan personalia.
Yakni orang – orang yang mengambil andil dalam penegembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru, para profesional dalam sistem pendidikan, dan tokoh masyarakat.
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan, memilih isi pengalaman belajar, serta kegiaatan evaluasi, dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum)
5. Evaluasi kurikulum.
Mencakup evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulum, hasil belajar siswa, dan dari keseluruhan sistem kurikulum.
d.    The demonstration model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah :
1.    kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah;
2.    perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks;
3.    hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan;
4.    model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.

e.         Model Pengembangan Kurikulum Rogers (roger’s interpersonal relations model)
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing, changing) yang mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri. Guru bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers.
a) Pemilihan target dari sistem pendidikan
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok intensif.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pengajaran.
d) Partisispasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Model ini berbeda dengan model-model lainnya yakni tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, tetapi yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok.
f.      Model Hilda Taba
Hilda Taba mengikuti cara pengembangan kurikulum yang berlaku secara umum yang mengikut langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menseleksi pengalaman belajar
3. Organisasi bahan kurikulum dan legiatan belajar
4. Evaluasi hasil kurikulum                   
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba menganjurkan cara berlainan dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru memulai satuan pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang diujicobakan.


               BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Model pengembangan kurikulum yaitu suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum.
2.      Peter F. Olive menggambarkan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran dalam empat model, yaitu :
a.    Model dualistic
b.    Model berkaitan
c.    Model konsentris
d.    Model sirkuit
3.      Jenis – jenis kurikulum
a.    Separated Curriculum
b.    Correlated Curriculum
c.    Broad Fields Curriculum
d.    Integrated Curriculum
4.      Macam – Macam Model Pengembangan Kurikulum
a.    Model Pengembangan Kurikulum Administratif  (the administrative model)
b.    Model Pengembangan Kurikulum dari Bawah (The grass roots model)
c.    Model Pengembangan Kurikulum Sistem Beu’camp (Beauchamp’s system)
d.    The demonstration model
e.    Model Pengembangan Kurikulum Rogers ( roger’s interpersonal relations model)
f.      Model Hilda Taba



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, HM.  Dkk. 1997. Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi. Bandung; Pustaka Setia.
Endang, Wulan. Pengembangan Kurikulum.. dalam http://wulanendang.blogspot.com/2013/04/model-model-pengembangan-kurikulum, diakses pada hari rabu 5 nopember 2014.
Hendayat Sutopo, Westy Soemanto. 1993.  Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara.
Nurgiyanto, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta; BPFEE.
Syarif, A. Hamid. 1993.  Pengembangan Kurikulum. Surabaya; Bina ilmu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008.  Pengembangan Kurikulum Teori dan Paraktek. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007.  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka.




[1]HM. Ahmad Dkk, Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.59.
[2]Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,  2007), hal.538.
[3] Hendayat Sutopo, Westy Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal.45.
[4] A. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina ilmu, 1993), hal.33.
[5]HM. Ahmad Dkk, Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal.62.
[6] Wulan endang, pengembangan Kurikulum.. dalam http://wulanendang.blogspot.com/2013/04/model-model-pengembangan-kurikulum, diakses pada hari rabu 5 nopember 2014 pukul 09.00 WIB
[7]Burhan Nurgiyanto, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: BPFEE, 1988), hal.169.
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Paraktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal.163.
[9] Ibid, hal.163.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Ppt manajemen sumber daya manusia di lembaga pendidikan islam from rismariszki